Polewali Mandar - Ular raksasa penunggu Batu Miana di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar) punya mitos anti terhadap orang-orang yang mengenakan baju berwarna merah. Konon, orang-orang berbaju merah kerap diganggu ular tersebut.
Warga setempat percaya bahwa baju berwarna merah tidak disukai oleh ular raksasa penunggu Batu Miana yang berada di Kelurahan Tinambung, Kecamatan Tinambung itu. Beberapa warga sudah mengalami kejadian aneh saat melintas di sekitar lokasi Batu Miana dengan mengenakan baju berwarna merah.
Salah seorang warga setempat, Idris Noer (68) menuturkan ular raksasa itu kerap menampakkan wujudnya dan menakuti warga yang mengenakan baju merah saat melintas. Namun, tidak ada yang tahu pasti mengapa penunggu Batu Miana itu kerap mengganggu orang berbaju merah.
"Paling banyak penampakannya jelang waktu magrib sampai isya. Kalau informasi, orang yang pakai baju merah sangat tidak disukai, paling sering menampakkan diri sama orang baju merah," tutur Idris Noer.
Dia sendiri juga mengaku sudah pernah mengalami kejadian aneh saat melintas mengenakan baju merah di kawan Batu Miana pada malam hari. Kala itu dia masih menjabat sebagai kepala lingkungan dan harus mendatangi rumah warga.
Namun saat akan melewati jalan lokasi Batu Miana, pohon bambu di sekitarnya tiba-tiba tumbang. Pohon bambu tersebut menutupi seluruh permukaan jalan.
"Paling sering juga terjadi waktu saya masih menjabat kepala lingkungan, pohon bambu (di sekitar lokasi Batu Miana) langsung tutupi itu jalan, dan itu benar adanya, makanya sampai sekarang lokasi itu (kawasan batu miana) masih dianggap angker," kata dia.
Selain dikenal angker, tak sedikit juga orang kerap memanfaatkan lokasi Batu Miana ini untuk menyimpan sesajen berupa aneka jenis makanan hingga ternak. Namun Idris mengaku tidak mengetahui apa alasan orang-orang itu menyimpan sesajen di Batu Miana.
"Kita juga tidak tahu apa maksudnya warga melakukan itu (menyimpan sesajen), bahkan biasa ada warga yang sengaja datang melepas ayam hingga kambing di lokasi itu (batu miana)," ungkapnya.
Warga setempat hingga saat ini tidak berani untuk memindahkan Batu Miana tersebut. Warga menganggap keberadaan Batu Miana itu menjadi sebuah simbol di kawasan itu.
Dahulu, sempat ada rencana pelebaran jalan di lokasi Batu Miana. Namun proyek itu batal dilaksanakan karena warga menganggap pemindahan Batu Miana bisa membahayakan.
"Waktu kita mau melebarkan (jalan), tidak ada yang berani pindahkan itu batu (batu miana)," kata Mantan Lurah Tinambung Khaedir Jamal.
Khaedir menuturkan sudah ada beberapa orang yang menyarankan untuk memindahkan batu tersebut. Hanya saja sampai saat ini tidak ada warga yang berani melakukannya.
"Meski biasa ada yang menyarankan, tapi sampai sekarang ini tidak ada yang mau kesana untuk memindahkan (batu miana), banyak saran yang mempertahankan keberadaan batu tersebut, karena khawatir jangan sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan," ucapnya.
Dia juga menuturkan, keanehan pernah terjadi saat sekitar lokasi Batu Miana dipasangi lampu jalan untuk mengurangi kesan angkernya. Namun ternyata, setelah dipasang lampu tersebut nyaris tidak pernah berfungsi secara normal.
"Sudah ada mungkin sepuluh kali saya pasangi lampu jalan, tapi tidak pernah lama, selalu mati, hanya bertahan beberapa hari saja, tapi setelah saya pindahkan ke tempat lain, lampunya justru bagus," terang Khaedir Jamal meyakinkan ceritanya.
Itulah mitos dari kisah ular raksasa penunggu batu miana
Komentar
Posting Komentar